Langsing Karena Asam Gelugur – Riset
praklinis dan klinis membuktikan asam gelugur berkhasiat atasi
obesitas. Tinggi tubuh Tri Nur Indaharyani tak lebih dari 155 cm. Namun,
bobot perempuan 26 tahun itu 78 kg. Rekan-rekannya kerap meledek,
tumbuh itu ke atas, bukan ke samping. Ia menanggapi gurauan itu dengan
senyum kecut. Faktanya, pertumbuhan tubuh karyawan swasta di Jakarta itu
memang ke samping. Kondisi bobot berlebih itu disebut obesitas karena
indeks massa tubuh 31,6-idealnya maksimal 25,8. Indeks massa tubuh (IMT)
merupakan hasil bagi antara bobot tubuh (dalam satuan kilogram) dan
tinggi badan (satuan meter) yang dikuadratkan.
Menurut dosen di Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, dr Mira
Dewi, obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan antara masukan dan
kebutuhan energi alias pemberian melampaui kebutuhan. “Ketika asupan
energi amat tinggi, sedangkan pengeluarannya rendah, maka tubuh
menyimpan kelebihan energi itu dalam bentuk jaringan lemak,” kata
alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Sinyal lapar
Tubuh menyimpan cadangan lemak dalam
jaringan adiposa itu berbentuk triasilgliserol (TAG). Ketika tubuh
memerlukan, triasilgliserol terhidrolisis membentuk asam lemak bebas dan
gliserol. Asam lemak itulah yang diperlukan untuk pembentukan energi.
Setelah makan, tubuh memanfaatkan 67% porsi sebagai sumber energi dan
hanya 3% glukosa makanan tersimpan sebagai glikogen di jaringan otot dan
hati.
Selebihnya, 30%, disimpan sebagai
cadangan berupa lemak di jaringan adiposa. Jika terakumulasi, jumlah 30%
itu berpotensi menjadi obesitas. Menurut dokter sekaligus herbalis di
Bintaro, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, dr Prapti Utami,
obesitas pemicu beragam penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi,
hiperlipidemia, stroke, dan penyakit kardiovaskular. Sebab, beberapa
organ seperti jantung, pankreas, dan paru-paru bekerja ekstrakeras
akibat ukuran tubuh yang besar.
Jumlah penderita obesitas di Indonesia
meningkat setiap tahun. Data Himpunan Studi Obesitas Indonesia dalam
Obesitas: Permasalahan dan Terapi Praktis mengungkapkan lebih dari 6.000
orang di tiap provinsi yang disurvei memiliki nilai IMT di atas 30.
Pada laki-laki persentase mencapai 9,16% dan perempuan 11,02%.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar pada 2010 prevalensi obesitas
umum pada penduduk berusia di atas 15 tahun mencapai 19,1%. Nilai itu
meningkat dari 2007 yang hanya 10,3% (laki-laki 13,9% dan perempuan
23,8%).
Mira mengungkapkan penderita obesitas
meningkat karena faktor genetik dan lingkungan. “Faktor genetik hanya
mempengaruhi sekitar 20%, sementara selebihnya faktor lingkungan seperti
gaya hidup, pola makan, dan aktivitas fisik,” kata ibu 6 anak itu.
Lingkungan terdekat adalah keluarga. Di sini yang berkaitan dengan pola
kebiasaan dalam keluarga. Contoh keluarga yang kerap mengonsumsi minuman
manis, minuman ringan, atau makanan tinggi kalori, anggota keluarga
lebih berisiko menjadi obesitas. Pun perilaku orangtua yang tidak suka
berolahraga.
Pemicu lain kondisi psikologi seperti
stres, meski berlaku pada orang tertentu. Stres memicu pengeluaran
hormon kortisol yang berperan menghambat tubuh menerima sinyal kenyang
dari leptin-hormon yang bertugas memberi sinyal pada otak bahwa tubuh
dalam kondisi kenyang. Akibatnya muncul keinginan makan yang tinggi.
“Biasanya orang stres mencari sesuatu yang memberi rasa nyaman seperti
makanan enak. Hal itulah yang memicu obesitas,” ujar dr Mira.
Selain berdampak pada kesehatan,
obesitas juga menurunkan tingkat kepercayaaan diri penderitanya. Dalam
urusan penampilan, penderita obesitas seringkali mengalami kesulitan.
“Dalam hal pakaian, misalnya. Ada baju yang ingin dibeli, tapi ternyata
ukurannya tidak ada yang pas. Hal itu tak hanya terjadi sekali, tapi
sering,” kata Tri Nur Indaharyani yang menderita obesitas sejak 2010.
Langsung langsing
Tri Nur Indaharyani bukannya berpangku
tangan menghadapi obesitas. Ia menempuh beragam cara seperti mengurangi
asupan karbohidrat, menghindari gorengan, hingga minum obat pelangsing
agar bobot tubuh kembali ideal. Namun, bukannya langsing, Indaharyani
malah langsung sakit. “Setelah konsumsi obat pelangsing selama sebulan
jantung jadi deg-degan, kaki dan tangan dingin,” kata anak ketiga dari 5
bersaudara itu.
Sayang, Tri Nur Indaharyani belum pernah
mencoba asam gelugur untuk melangsingkan tubuh. Buah asam gelugur
Garcinia atroviridis memang terbukti manjur mengatasi obesitas
sebagaimana riset ilmiah Prof Dr Ir Suminar Setiati Achmadi. Periset
yang juga dosen di Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor itu
meneliti asam gelugur sejak 1997 dan menyimpulkan buah anggota famili
Clusiaceae itu berkhasiat antiobesitas. Itu karena asam gelugur
mengandung asam hidroksisitrat (HCA) yang tinggi.
”Kandungannya dua kali lipat lebih
tinggi daripada asam kandis,” ujar guru besar Ilmu Kimia IPB itu. Asam
hidroksisitrat berkhasiat sebagai penurun bobot tubuh. Doktor Ilmu Kimia
Hasil Hutan alumnus University of Wisconsin, Amerika Serikat, itu
meriset praklinis buah asam gelugur. Ia membagi 20 tikus jantan-umur 1,5
bulan dan berbobot sekitar 200 g-dalam 4 kelompok masing-masing terdiri
atas 5 ekor. Kadar kolesterol semua tikus tinggi, mencapai 80 mg/dl,
akibat pemberian pakan kaya lemak.
Dua pekan berikutnya, Suminar memberikan
potasium hidroksisitrat berkonsentrasi 0,5% kepada kelompok ke-2,1%
(grup ke-3), dan 2% (ke-4). Dosis sama untuk ketiga kelompok itu, yakni 2
ml per hari selama 2 pekan secara oral. Larutan garam potasium
hidroksisitrat merupakan hasil estraksi asam gelugur. Ia memperoleh
10,28% potasium hidroksisitrat dari 90 ml jus asam gelugur. Selama
perlakuan, perempuan kelahiran Blitar 64 tahun silam itu tetap
memberikan pakan tinggi kolesterol.
Hasil penelitian menunjukkan tikus yang
mengonsumsi potasium hidroksisitrat berkonsentrasi 2%, bobot tubuh
turun signifikan, 180 g, dibandingkan kontrol, 210 g. Selain itu, kadar
low density lipoprotein (LDL) alias kolesterol jahat juga turun dari 63
mg/dl menjadi 50 mg/dl. Sementara kolesterol baik, high density
lipoprotein (HDL) justru naik hampir 2 kali lipat menjadi 63 mg/dl,
semula 35 mg/dl.
Selama ini tingginya kadar kolesterol
selalu dikaitkan dengan obesitas. “Padahal tubuh langsing pun dapat
menderita kolesterol tinggi. Namun, kecenderungannya penderita obesitas
itu memang memiliki kolesterol tinggi,” kata dr Mira. Artinya konsumsi
buah asam gelugur bagai sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau pun
terlampaui. Selain langsing, kadar kolesterol pun turun.
Uji klinis
Riset Prof Dr Ir Suminar Setiati Achmadi
sejalan dengan uji klinis di Thailand. Periset di Fakultas Kedokteran
Mahidol University Chulaporn Roongpisuthipong MD dan rekan menguji
kerabat mundu itu kepada 50 perempuan obesitas dengan nilai IMT 25.
Roongpisuthipong membagi penderita obesitas dalam 2 kelompok,
masing-masing terdiri dari 25 orang. Kelompok pertama, rata-rata berusia
40 tahun, mengonsumsi hidroksisitrat kemasan saset berbobot 1,15 gram.
Mereka melarutkan satu saset hidroksisitrat dalam 200 ml air, mengaduk,
dan meminumnya sebelum makan.
Sementara kelompok kedua, rata-rata
berusia 35 tahun menerima plasebo. Selama penelitian berlangsung 2
bulan, kedua kelompok mengonsumsi makanan 1.000 Kkal per hari. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kelompok pertama, mengalami penurunan bobot
tubuh signifikan, yakni 2,8 kg; kontrol-1,4 kg. Artinya, asam gelugur
efektif menurunkan bobot tubuh.
Bagaimana hidroksisitrat menurunkan
bobot tubuh? Hidroksisitrat berfungsi menghambat kerja enzim ATP
(adenosina trifosfatase) sitrat liase yang berperan membentuk asam lemak
di dalam hati dengan cara mengikat sisi aktif. Akibatnya sintesis lemak
dan kolesterol terhenti. Dengan kata lain, hidroksisitrat menghambat
pembentukan lemak dan kolesterol. Senyawa itu juga berperan dalam
meningkatkan pembentukan glikogen, gula darah.
Kadar glukosa darah di samping memacu
pembebasan insulin oleh pankreas juga mempengaruhi glukostat di basal
hipotalamus yang merupakan pusat kenyang. Pusat itu menghambat
hipotalamus lateral yang merupakan pusat makan. Pada kondisi kadar
glukosa darah tinggi, pusat kenyang menghambat pusat makan sehingga kita
tidak merasa lapar. Dengan demikian nafsu makan berkurang sehingga
bobot tubuh turun.
Dr Dyah Iswantini, MAgr dari Departemen
Kimia dan Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor membuat
formula pelangsing dari asam gelugur dan rimpang kuncipepet yang teruji
secara praklinis. “Kami memperoleh formula itu pada 2010,” kata alumnus
Kyoto University, Jepang, itu.
Dyah melakukan uji in vitro untuk
mengetahui pengaruh ekstrak gabungan asam gelugur dan kuncipepet
terhadap enzim lipase pankreas-berperan dalam meningkatkan jumlah
monogliserida dan asam lemak yang diserap tubuh, penyebab kegemukan.
Hasil uji in vitro menunjukkan, ekstrak kombinasi kedua herbal itu
menghambat aktivitas enzim lipase pankreas 75,6%.
Setelah itu, ia menguji khasiat formula
asam gelugur dan kuncipepet dalam menurunkan bobot tubuh tikus atau
mencegah kegemukan. Hasilnya, formula herbal itu mampu menurunkan bobot
tubuh tikus sebesar 11,22% selama 12 hari.
Dyah sangat senang dengan hasil uji itu
karena formula asam gelugur dan kuncipepet efektif mencegah dan
mengatasi obesitas. Penemuan itu pun mendapat penghargaan dari
Kementerian Riset dan Teknologi bekerja sama dengan Business Innovation
Center (BIC) sebagai salah satu dari “103 Inovasi Paling Prospektif
Indonesia” pada 2011. (Rosy Nur Apriyanti/Peliput: Bondan Setyawan)