Wednesday, April 29, 2015

// // Leave a Comment

Langsing Karena Asam Gelugur

Langsing Karena Asam Gelugur – Riset praklinis dan klinis membuktikan asam gelugur berkhasiat atasi obesitas. Tinggi tubuh Tri Nur Indaharyani tak lebih dari 155 cm. Namun, bobot perempuan 26 tahun itu 78 kg. Rekan-rekannya kerap meledek, tumbuh itu ke atas, bukan ke samping. Ia menanggapi gurauan itu dengan senyum kecut. Faktanya, pertumbuhan tubuh karyawan swasta di Jakarta itu memang ke samping. Kondisi bobot berlebih itu disebut obesitas karena indeks massa tubuh 31,6-idealnya maksimal 25,8. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan hasil bagi antara bobot tubuh (dalam satuan kilogram) dan tinggi badan (satuan meter) yang dikuadratkan.
Menurut dosen di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, dr Mira Dewi, obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan energi alias pemberian melampaui kebutuhan. “Ketika asupan energi amat tinggi, sedangkan pengeluarannya rendah, maka tubuh menyimpan kelebihan energi itu dalam bentuk jaringan lemak,” kata alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

Sinyal lapar
Tubuh menyimpan cadangan lemak dalam jaringan adiposa itu berbentuk triasilgliserol (TAG). Ketika tubuh memerlukan, triasilgliserol terhidrolisis membentuk asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak itulah yang diperlukan untuk pembentukan energi. Setelah makan, tubuh memanfaatkan 67% porsi sebagai sumber energi dan hanya 3% glukosa makanan tersimpan sebagai glikogen di jaringan otot dan hati.
Selebihnya, 30%, disimpan sebagai cadangan berupa lemak di jaringan adiposa. Jika terakumulasi, jumlah 30% itu berpotensi menjadi obesitas. Menurut dokter sekaligus herbalis di Bintaro, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, dr Prapti Utami, obesitas pemicu beragam penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, stroke, dan penyakit kardiovaskular. Sebab, beberapa organ seperti jantung, pankreas, dan paru-paru bekerja ekstrakeras akibat ukuran tubuh yang besar.
Jumlah penderita obesitas di Indonesia meningkat setiap tahun. Data Himpunan Studi Obesitas Indonesia dalam Obesitas: Permasalahan dan Terapi Praktis mengungkapkan lebih dari 6.000 orang di tiap provinsi yang disurvei memiliki nilai IMT di atas 30. Pada laki-laki persentase mencapai 9,16% dan perempuan 11,02%. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar pada 2010 prevalensi obesitas umum pada penduduk berusia di atas 15 tahun mencapai 19,1%. Nilai itu meningkat dari  2007 yang hanya 10,3% (laki-laki 13,9% dan perempuan 23,8%).
Mira mengungkapkan penderita obesitas meningkat karena faktor genetik dan lingkungan. “Faktor genetik hanya mempengaruhi sekitar 20%, sementara selebihnya faktor lingkungan seperti gaya hidup, pola makan, dan aktivitas fisik,” kata ibu 6 anak itu. Lingkungan terdekat adalah keluarga. Di sini yang berkaitan dengan pola kebiasaan dalam keluarga. Contoh keluarga yang kerap mengonsumsi minuman manis, minuman ringan, atau makanan tinggi kalori, anggota keluarga lebih berisiko menjadi obesitas. Pun perilaku orangtua yang tidak suka berolahraga.
Pemicu lain kondisi psikologi seperti stres, meski berlaku pada orang tertentu. Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang berperan menghambat tubuh menerima sinyal kenyang dari leptin-hormon yang bertugas memberi sinyal pada otak bahwa tubuh dalam kondisi kenyang. Akibatnya muncul keinginan makan yang tinggi. “Biasanya orang stres mencari sesuatu yang memberi rasa nyaman seperti makanan enak. Hal itulah yang memicu obesitas,” ujar dr Mira.
Selain berdampak pada kesehatan, obesitas juga menurunkan tingkat kepercayaaan diri penderitanya. Dalam urusan penampilan, penderita obesitas seringkali mengalami kesulitan. “Dalam hal pakaian, misalnya. Ada baju yang ingin dibeli, tapi ternyata ukurannya tidak ada yang pas. Hal itu tak hanya terjadi sekali, tapi sering,” kata Tri Nur Indaharyani  yang menderita obesitas sejak 2010.

Langsung langsing
Tri Nur Indaharyani bukannya berpangku tangan menghadapi obesitas. Ia menempuh beragam cara seperti mengurangi asupan karbohidrat, menghindari gorengan, hingga minum obat pelangsing agar bobot tubuh kembali ideal. Namun, bukannya langsing, Indaharyani malah langsung  sakit. “Setelah konsumsi obat pelangsing selama sebulan jantung jadi deg-degan, kaki dan tangan dingin,” kata anak ketiga dari 5 bersaudara itu.
Sayang, Tri Nur Indaharyani belum pernah mencoba asam gelugur untuk melangsingkan tubuh. Buah asam gelugur Garcinia atroviridis memang terbukti manjur mengatasi obesitas sebagaimana riset ilmiah Prof Dr Ir Suminar Setiati Achmadi. Periset yang juga dosen di Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor itu meneliti asam gelugur sejak 1997 dan menyimpulkan buah anggota famili Clusiaceae itu berkhasiat antiobesitas. Itu karena asam gelugur mengandung asam hidroksisitrat (HCA) yang tinggi.
”Kandungannya dua kali lipat lebih tinggi daripada asam kandis,” ujar guru besar Ilmu Kimia IPB itu. Asam hidroksisitrat berkhasiat sebagai penurun bobot tubuh. Doktor Ilmu Kimia Hasil Hutan alumnus University of Wisconsin, Amerika Serikat, itu meriset praklinis buah asam gelugur. Ia membagi 20 tikus jantan-umur 1,5 bulan dan berbobot sekitar 200 g-dalam 4 kelompok masing-masing terdiri atas 5 ekor. Kadar kolesterol semua tikus tinggi, mencapai 80 mg/dl, akibat pemberian pakan kaya lemak.
Dua pekan berikutnya, Suminar memberikan potasium hidroksisitrat berkonsentrasi 0,5% kepada kelompok ke-2,1% (grup ke-3), dan 2% (ke-4). Dosis sama untuk ketiga kelompok itu, yakni 2 ml per hari selama 2 pekan secara oral. Larutan garam potasium hidroksisitrat merupakan hasil estraksi asam gelugur. Ia memperoleh 10,28% potasium hidroksisitrat dari 90 ml jus asam gelugur.  Selama perlakuan, perempuan kelahiran Blitar 64 tahun silam itu tetap memberikan pakan tinggi kolesterol.
Hasil penelitian menunjukkan tikus yang mengonsumsi  potasium hidroksisitrat berkonsentrasi 2%, bobot tubuh turun signifikan, 180 g, dibandingkan kontrol, 210 g. Selain itu, kadar low density lipoprotein (LDL) alias kolesterol jahat juga turun dari 63 mg/dl menjadi 50 mg/dl. Sementara kolesterol baik, high density lipoprotein (HDL) justru naik hampir 2 kali lipat menjadi 63 mg/dl, semula 35 mg/dl.
Selama ini tingginya kadar kolesterol selalu dikaitkan dengan obesitas. “Padahal tubuh langsing pun dapat menderita kolesterol tinggi. Namun, kecenderungannya penderita obesitas itu memang memiliki kolesterol tinggi,” kata dr Mira. Artinya konsumsi buah asam gelugur bagai sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau pun terlampaui. Selain langsing, kadar kolesterol pun turun.

Uji klinis
Riset Prof Dr Ir Suminar Setiati Achmadi sejalan dengan uji klinis di Thailand. Periset di Fakultas Kedokteran Mahidol University Chulaporn Roongpisuthipong MD dan rekan menguji kerabat mundu itu kepada 50 perempuan obesitas dengan nilai IMT 25. Roongpisuthipong membagi penderita obesitas dalam 2 kelompok, masing-masing terdiri dari 25 orang. Kelompok pertama, rata-rata berusia 40 tahun, mengonsumsi hidroksisitrat kemasan saset berbobot 1,15 gram. Mereka melarutkan satu saset hidroksisitrat dalam 200 ml air, mengaduk, dan meminumnya sebelum makan.
Sementara kelompok kedua, rata-rata berusia 35 tahun menerima plasebo. Selama penelitian berlangsung 2 bulan, kedua kelompok mengonsumsi makanan 1.000 Kkal per hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok pertama, mengalami penurunan bobot tubuh signifikan, yakni 2,8 kg; kontrol-1,4 kg. Artinya, asam gelugur efektif menurunkan bobot tubuh.
Bagaimana hidroksisitrat menurunkan bobot tubuh? Hidroksisitrat berfungsi menghambat kerja enzim ATP (adenosina trifosfatase) sitrat liase yang berperan membentuk asam lemak di dalam hati dengan cara mengikat sisi aktif. Akibatnya sintesis lemak dan kolesterol terhenti. Dengan kata lain, hidroksisitrat menghambat pembentukan lemak dan kolesterol. Senyawa itu juga berperan dalam meningkatkan pembentukan glikogen, gula darah.
Kadar glukosa darah di samping memacu pembebasan insulin oleh pankreas juga mempengaruhi glukostat di basal hipotalamus yang merupakan pusat kenyang. Pusat itu menghambat hipotalamus lateral yang merupakan pusat makan. Pada kondisi kadar glukosa darah tinggi, pusat kenyang menghambat pusat makan sehingga kita tidak merasa lapar. Dengan demikian nafsu makan berkurang sehingga bobot tubuh  turun.
Dr Dyah Iswantini, MAgr dari Departemen Kimia dan Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor membuat formula pelangsing dari asam gelugur dan rimpang kuncipepet yang teruji secara praklinis. “Kami memperoleh formula itu pada 2010,” kata alumnus Kyoto University, Jepang, itu.
Dyah melakukan uji in vitro untuk mengetahui pengaruh ekstrak gabungan asam gelugur dan kuncipepet terhadap enzim lipase pankreas-berperan dalam meningkatkan jumlah monogliserida dan asam lemak yang diserap tubuh, penyebab kegemukan. Hasil uji in vitro menunjukkan, ekstrak kombinasi kedua herbal itu menghambat aktivitas enzim lipase pankreas 75,6%.
Setelah itu, ia menguji khasiat formula asam gelugur dan kuncipepet dalam menurunkan bobot tubuh tikus atau mencegah kegemukan. Hasilnya, formula herbal itu mampu menurunkan bobot tubuh tikus sebesar 11,22% selama 12 hari.
Dyah sangat senang dengan hasil uji itu karena formula asam gelugur dan kuncipepet efektif mencegah dan mengatasi obesitas. Penemuan itu pun mendapat penghargaan dari Kementerian Riset dan Teknologi bekerja sama dengan Business Innovation Center (BIC) sebagai salah satu dari “103 Inovasi Paling Prospektif Indonesia” pada 2011. (Rosy Nur Apriyanti/Peliput: Bondan Setyawan)

0 comments :

Post a Comment